Cerita Seks Perselingkuhan Seorang Istri Dengan Sahabat - Kali ini ada cerita yang sangat bagus sekali dengan adanya seorang cewek yang masih umur belum tua pokoknya. Kali ini seorang ibu 2 anak ini sangat kesepian sekali karena di tinggal suaminya yang sering keluar negeri untuk hal bisnis. Cerita bugil kali ini merupakan kiriman dari seorang ibu rumah tangga yang lagi kesepian karena di tinggal pergi dari suaminya. Untuk mendapatkan seks yang sangat diperlukan oleh ibu ini sehingga melakukan selingkuh dengan teman yang sangat bergairah. Kadang banyak juga bercinta dengan tante girang yang pernah dilakukan banyak lelaki, tapi kali ini bukan tante girang tapi seorang ibu rumah tangga yang setengah muda kesepian dan kurangnya gairah seks dari sang suaminya. Begini awal ceritanya aku adalah istri seorang pengusaha yang bisa di bilang cukup kaya. Anakku ada dua, kebetulan cowok semua dan usianya pun sudah menginjak dewasa. Mereka memilih bersekolah di luar negeri. Sedangkan suamiku
seorang pengusaha yang cukup sibuk dengan usaha – usahanya.
Alhasil tinggallah diriku dengan segala kesepian yang ada. Bila bangun pagi hari, aku selalu termenung. Karena suasana rumah yang cukup besar sehingga aktifitas yang dikerjakan pembantu pembantuku nyaris tak terdengar, apalagi di dalam kamarku yang cukup luas. Malam hari pun sama, setelah pembantuku beraktifitas mereka segera pergi tidur dalam waktu yang bisa dibilang masih sore. Hanya acara televisi yang selalu menemani, itupun sudah membuatku bosan. Karena semua acara sudah aku hafal dan semua menjadi tidak menarik lagi. Aku mencoba untuk mulai beraktifitas dengan tetangga, tapi menjadi percuma karena tetanggaku semua sibuk dengan urusan masing – masing. Karena stress di rumah, aku memutuskan untuk pergi ke tempat sahabatku Lena, di Jakarta. Hal itulah yang membuat aku berubah total dan drastis.
“Hai Len, udah tidur belon?”
“Belon, lagi nonton TV. Ada apa ? Koq tumben loe malem malem nelpon.”
“Gue lagi stress banget nih, sejak anak-anak pergi ke Singapore di rumah sepi banget. Mana Ruben gak pulang-pulang. Boleh gak gue nginep di rumahmu ?”
“Jelas bolehlah, loe kayak ama siapa aja. Kita khan udah kayak sodara.”
“Iya tapi gue khan takut ngeganggu elo en suami loe.” ( Lena anaknya dua satu cowok, satu lagi cewek. Yang cowok kuliah di Amerika, sedangkan yang cewek udah nikah trus ikut suaminya ke Aussie )
“It’s oke koq, William lagi pergi ke Amrik mungkin 2 – 3 minggu lagi baru pulang.”
“Ya udah kalo gitu, besok jemput gue di airport ya. Gue naek pesawat paling pagi.”
“Oke, ntar pagi gue suruh sopir standby di bandara.”
Itulah pembicaraan singkat dengan sahabatku malam sebelum keberangkatanku.Ketika mobil berhenti tepat di depan pintu rumah, ku lihat Lena bergegas menghampiriku, lalu kami berpelukan sambil bercipika cipiki. “Wah wah makin cantik dan sexy aja nih” kata Lena sambil menatapku dari atas sampai ke bawah. Ah, biasa aja, loe sendiri juga oke , spa di mana ? Gue pengen di pijit nih biar relax. “Ah bisa aja deh, gue cuma luluran aja di rumah. Kalo cuma pijit sih, Iwan juga bisa. Yang ngeluluran aku khan si Iwan. Do’i jago lho, di jamin ketagihan deh. ” Iwan .. ? Siapa Iwan ? “Sopir pribadi gue, yang tadi ngejemput loe. Sekarang loe ke kamar, ntar gue suruh si Iwan ke kamar loe” Tapi Len.., gue khan malu. Masak yang mijit cowok, masih muda lagi. “Udah loe tenang aja, ntar gue temenin deh biar loe nggak risih”
Sesampainya di kamar, aku berbaring
sejenak membayangkan Iwan yang akan memijitku, menyentuh bagian-bagian
tubuhku yang sudah lama tidak disentuh oleh suamiku. Orangnya masih
muda kira-kira umur 25 tahun, tinggi sekitar 177 cm, berat sekitar 70
kg, berkulit sawo matang tapi bersih sehingga memberi kesan macho,
dengan rambut berpotongan rapi, sopan dan ramah terlebih sorot matanya
yang tajam dan rahang yang memberikan kesan gagah. Apabila dalam
setelan safarinya, terlihat seperti seorang bodyguard. Sehingga aku
merasakan ada suatu desiran aneh dalam diriku. Seperti adrenalin yang
bergejolak, membuatku darahku bergejolak, dan aku pun terbuai dalam
lamunanku sendiri.
Tok…tok…tok… suara ketukan pintu
membuyarkan lamunanku. “Siapa ?” Iwan, bu. Lalu akupun melangkah dan
membuka pintu. Ku lihat Iwan sudah berganti pakaian, dari setelan
safari berganti dengan celana jeans dan kaos ketat tipis warna putih
yang semakin memperlihatkan otot-otot lengannya yang kekar, juga six
pack perutnya terlihat menonjol. Aku sempet berpikir, koq kayak model
iklan susu L-men, tadi kayak body guard. Hebat juga Lena nyari sopir
pribadi, jangan-jangan dia sopir plusnya Lena, tapi segera ku tepis
pikiranku. “Mari masuk, lho.. bu Lena mana ?” tadi sedang terima
telpon, saya disuruh duluan, jawab Iwan dengan sopan. “Hm, ya udah
kamu tunggu sebentar saya ganti dulu.” Iya bu, permisi…, jawabnya.
Lalu aku pun berjalan ke kamar mandi,
setelah pintu ku tutup, ku buka pakaianku. Ku pandang tubuhku dari kaca
besar yang terletak di atas wastafel. Ku putar ke kiri dan ke kanan,
benar juga apa yang di katakan sahabatku tadi. Tubuhku, walaupun sudah
beranak dua masih terlihat seperti iklan Tropicana Slim, memang agak
montok sedikit membuat terlihat lebih sekal. Di usia yang hampir
memasuki kepala empat, dengan tinggi 169 cm dan berat 53 kg, di tunjang
dengan payudara 34 B, aku masih tidak kalah dengan anak-anak remaja
sekarang. Maklumlah aku sering spa untuk mengurangi stress yang ku
alami, tak heran jika kulitku pun putih mulus. Bahkan selulitku telah
ku buang melalui operasi di Singapore setelah aku melahirkan anak yang
kedua. Lalu kuperhatikan wajahku, meski ada sedikit keriput samar di
daerah mata, tapi menurutku wajahku masih cukup cantik. Karena di kala
aku pergi shopping atau sekedar jalan-jalan di mall, banyak lelaki
termasuk remaja melirik ke arahku, bahkan ada di antara mereka bersuit
ke arahku. Ku libatkan handuk di sekeliling tubuhku, lalu kurapikan
rambutku, aku pun berjalan ke luar.
Ketika ku tutup pintu kamar mandi dari
luar, Iwan bangkit berdiri dan menatapku. Ku lihat dia terpana
melihatku yang hanya berbalut selembar handuk dengan rambut yang
tergerai di bahu. “kenapa Wan ?” Eh, enggak bu. Ibu terlihat cantik
sekali, mirip cerita bidadari yang di filem – filem. “Ah, kamu bisa
aja Wan, pinter ngerayu. Udah berapa pacar yang kena ama rayuan kamu?”
kataku sambil duduk di springbed. Enggak ada bu, saya gak punya
pacar. Dulu waktu sma pernah punya pacar, tapi pas lulus langsung di
nikahin sama bapaknya. Bapaknya gak mau anaknya pacaran sama orang
miskin kayak saya. Ibu mau dipijit sekarang ? “Ehm, boleh deh” kataku
sambil berbaring. Iwan pun melangkah ke kasur sambil membuka tutup
body lotion. Permisi bu, lalu kurasakan tangan Iwan menyentuh telapak
kakiku. Ada rasa geli dan nyaman ketika Iwan memijit telapak kakiku.
Setelah beberapa menit, pijitan mulai naik ke betis dan setengah
pahaku, karena separuh pahaku yang atas masih terlilit handuk. Hem,
benar juga yg dibilang Lena, nyaman juga pijitannya. Tapi koq Lena gak
nongol-nongol, sahabatku itu kadang kalo nelpon bisa ber jam-jam
lamanya, paling cepat 1 – 2 jam. Ah terserahlah, aku udah gak peduli
karena terhanyut dalam pijitan-pijitan Iwan, sehingga tanpa sadar
akupun terlelap.
Entah sudah berapa menit, tiba-tiba aku
merasa ada yang memanggilku. Bu..bu..Vina “ya, ada apa” jawabku dalam
keadaan setengah sadar. Maaf, saya buka handuknya ya bu. Kakinya udah
selesai dipijit, sekarang mau mijit punggungnya “Ya, silahkan” jawabku
spontan. Ketika tangan Iwan menyentuh bahu dan pundakku, kesadaranku
mulai pulih. Aku teringat keadaan saat ini, di mana Lena masih belum
selesai menerima telepon. Sedangkan aku hanya berdua dengan Iwan,
sedangkan tubuhku hanya bagian depan yang tertutup, karena aku
berbaring tengkurap, sebagian dari payudaraku yang tertekan pasti
terlihat. Berbagai perasaan terbersit dalam hatiku, karena ini
pengalaman pertamaku disentuh oleh lelaki selain suamiku. Biasanya aku
selalu dipijit oleh wanita, hal inilah yang membuatku menolak saat
sahabatku menyarankan Iwan untuk memijitku. Dengan pemijat segagah
Iwan, dan juga setelah sekian lama aku belum melakukan hubungan intim
hal ini membuat hatiku berdebar-debar. Antara rasa malu dan nafsu yang
mulai menghinggapi diriku.
Hilang sudah rasa nyaman, berganti dengan perasaan aneh yang perlahan muncul seiring dengan pijatan Iwan. Sehingga saat perasaan aneh itu sudah menguasai diriku, tanpa sadar aku mulai mendesis kala tangan Iwan mengenai daerah-daerah sensitifku. Dia mengurut dari pinggul bawah ke atas, lalu tangannya beralih menuju pundak, ketika tangannya menyentuh leherku, aku langsung menggelinjang antara geli dan nafsu. Di situ merupakan daerah sensitif keduaku, di mana yang utama adalah clitorisku. Sehingga aku semakin liar mendesis dan tanpa sadar aku berbalik. Dengan napas tersengal-sengal ku buka kelopak mataku, kutatap Iwan yang menatapku dengan posisi berdiri diatas lututnya. Ku lihat peluhnya bercucuran sehingga kaosnya basah oleh keringat, membuat tubuhnya jadi semakin sexy. Aku sudah kehilangan akal sehatku, sehingga aku sudah tak ingat lagi bahwa tubuhku yang telanjang kini terpampang jelas di hadapan Iwan. Iwan pun seolah mengerti akan keadaanku lalu di ambilnya handuk yang tadi melilit tubuhku. Di lapnya keringat di wajah, lalu ketika dia membuka kaosnya langsung aku ambil handuk ditangannya. Ku seka keringatnya sambil kuraba tubuhnya, karena tubuh suamiku sangat berbeda dengannya. Kuraba dadanya yang bidang, lalu tangan kiriku turun hingga six packnya sambil kuciumi dadanya. Sedangkan tangan yang satu lagi membelai punggungnya yang juga berotot.
Hilang sudah rasa nyaman, berganti dengan perasaan aneh yang perlahan muncul seiring dengan pijatan Iwan. Sehingga saat perasaan aneh itu sudah menguasai diriku, tanpa sadar aku mulai mendesis kala tangan Iwan mengenai daerah-daerah sensitifku. Dia mengurut dari pinggul bawah ke atas, lalu tangannya beralih menuju pundak, ketika tangannya menyentuh leherku, aku langsung menggelinjang antara geli dan nafsu. Di situ merupakan daerah sensitif keduaku, di mana yang utama adalah clitorisku. Sehingga aku semakin liar mendesis dan tanpa sadar aku berbalik. Dengan napas tersengal-sengal ku buka kelopak mataku, kutatap Iwan yang menatapku dengan posisi berdiri diatas lututnya. Ku lihat peluhnya bercucuran sehingga kaosnya basah oleh keringat, membuat tubuhnya jadi semakin sexy. Aku sudah kehilangan akal sehatku, sehingga aku sudah tak ingat lagi bahwa tubuhku yang telanjang kini terpampang jelas di hadapan Iwan. Iwan pun seolah mengerti akan keadaanku lalu di ambilnya handuk yang tadi melilit tubuhku. Di lapnya keringat di wajah, lalu ketika dia membuka kaosnya langsung aku ambil handuk ditangannya. Ku seka keringatnya sambil kuraba tubuhnya, karena tubuh suamiku sangat berbeda dengannya. Kuraba dadanya yang bidang, lalu tangan kiriku turun hingga six packnya sambil kuciumi dadanya. Sedangkan tangan yang satu lagi membelai punggungnya yang juga berotot.
Ketika tangan kiriku meraih kancing
celana jeans nya, tangan kanannya menangkap tangan kiriku, lalu tangan
kirinya meraih pinggangku. Sambil menarik pinggangku ke atas,
dilumatnya bibirku. Oohh.. aku merasakan sentuhan yang berbeda dari
yang pernah aku rasakan. Kubalas dengan melumat bibir bawahnya, lalu
kurasakan lidahnya
menerobos masuk ke dalam mulutku, kami saling melumat. Lalu di
rebahkannya aku, dan dia membuka kancing celananya. Pemandangan itu
sungguh erotis sekali di hadapanku, aku bangkit lagi dan ku elus celana
dalamnya yang terlihat kepenuhan itu. Ku cium bagian atasnya, tak
tercium bau kejantanannya, tampaknya dia cukup merawat miliknya itu. Ku
kecup kepalanya sambil ku pelorotkan celana dalamnya. Oohh, gelegak
nafsuku semakin menggelora. Segera kumasukkan batangnya ke dalam
mulutku, ku sedot keluar masuk, ku dengar rintihannya yang membuatku
semakin panas. Ketika ku lihat ke atas, tampak dia terpejam menikmati
sedotanku. Setelah ku hisap selama kurang lebih sepuluh menit, Iwan
menghentikan gerakanku. Di lumatnya lagi mulutku sembari membaringkan
aku di tempat tidur. Lalu dilumatnya leherku, sehingga aku kembali
menggeliat liar.
”Ekhs.., wan…” Ku cengkeram sprei tempat
tidur, sementara tangan yang satu lagi mencengkram punggungnya.
Tampaknya Iwan sudah mengetahui kelemahanku, dia segera berpindah untuk
melumat bukit kembarku. Lidahnya melumat habis kedua bukitku beserta
ujung ujungnya. Sementara tangannya terus turun meluncur melalui
perutku, sampai pada bukit kecilku yang berbulu tipis yang kini sudah
semakin basah. Aku memang selalu rajin mencukur bulu jembutku, karena
aku suka memakai celana dalam G-string. Tangannya kini sudah mencapai
lipatan vaginaku, dan tersentuhlah clitorisku. Aku langsung tersentak,
seperti terkena setrum ribuan volt. “akhs….. wan……” jeritku sambil
meremas rambutnya. Sementara tangan Iwan bermain di selangkanganku,
lidahnya kini turun ke perutku, bermain sebentar di seputar perut lalu
kembali turun ke vaginaku. Kedua belah tangannya memegang kedua belah
pahaku, sambil di pandanginya meqi ku yang basah oleh cairan
kewanitaanku. “Meqi bu Vina indah sekali..” perkataan itu seakan
memberi suntikan gairah sehingga ku berkata dengan merintih “ayo wan..
jangan di liatin aja” langsung di benamkannya bibirnya ke dalam meqi
ku, sementara hidungnya mengenai clit ku, sehingga aku langsung
tersentak mendongak ke atas. Di julurkannya lidahnya menyapu bagian
dalam vaginaku, sehingga aku merasa seperti ada yang menggelitiki
memekku itu. “oohhh….terus wan…..terus….” rintihku sambil terus
meremasi rambut di kepalanya.
Tangannya menggapai kedua belah
payudaraku, sambil meremasi sesekali dia pelintir kedua pentilku.
Membuatku menjadi semakin liar, dan ku rasakan badai kenikmatan yang
terus menggelora di dalam diriku. Sampai akhirnya saat bibir iwan
mengecup lalu menghisap clit ku, aku tersentak sedemikian hebatnya
sambil menjerit “Aaakkhhsss…… wwaaannnn………” ku jepit kepalanya sambil
kuangkat pinggulku tinggi tinggi, kedua tanganku menjambak rambutnya.
Iwan pun tak henti hentinya terus menusuki memekku dengan lidahnya
sembari memutarkan kepalanya, dihisap dan dijilatinnya hingga habis
cairan yang keluar meleleh dari memekku, aku pun serasa terbang di
awan-awan.
Seketika itu tubuhku melemas, iwan pun merangkak naik ke arahku, di peluknya diriku, di kecupnya keningku lalu dilumatnya bibirku. Akupun membalasnya dengan melumat kembali bibirnya yang menurutku cukup sexy untuk dilumat. Kami saling berpandangan beberapa saat, aku serasa kembali menemukan sesuatu yang kini mengisi relung-relung hatiku yang sepi. “Masukin kontolmu wan, tapi pelan-pelan dulu ya. Aku masih agak lemas nih” kataku dengan lirih di telinganya. “Baik, bu.” “Jangan panggil ibu terus ah, gak enak didengernya. Maukah kamu memanggilku sayang ?” “Baik, sayang. Aku masukin ya.” “He eh, tapi pelan pelan lho” dan kurasakan kepala kontolnya yang mengkilap merah menempel pada kemaluanku.
Ada rasa berdebar di hatiku, inilah kejantanan selain milik suamiku yang beruntung dapat memasuki liang senggama milikku. Kurasakan perih ketika kepalanya masuk sedikit di bibir lubangku “wann, pelann.. agak perih nih.” “Iya sayang, ini juga pelan-pelan koq.” Iwan kembali menekan pantatnya, dan penisnya kurasakan semakin menyeruak masuk ke dalam memekku. Akupun spontan memeluk iwan “aakh..wann….” “tahan sedikit sayang!” Iwanpun menghentakkan pantatnya dengan sekali hentakan dan seketika kurasakan perih yang kurasakan saat keperawananku hilang. Iwan pun mengangkat pantatnya pelan-pelan, sehingga aku merasa memekku seperti tersedot keluar seiring dengan kontol iwan. Lalu ditekannya kembali kontolnya ke dalam memekku, rasa perih yang semula kurasa itu hilang berganti sensasi nikmat di kala punya iwan keluar masuk dengan berirama menggelitiki dinding kewanitaanku. “akhs…enak wan….teruss sayang….” “memekmu seret banget yang, kontolku kayak di urut nih” dilumatnya kembali bibirku, kamipun berpagutan sambil bergoyang pelan. Setelah beberapa saat iwan mengentotiku dengan irama pelan, yang membuatku seakan sedang bercinta dengan kekasih yang telah lama tak bersua, gairahku timbul bersama dengan kekuatan yang mulai pulih setelah orgasme tadi. Dengan berpelukan, ku gulingkan tubuhnya ke sampingku, kini posisiku ada di atas tubuhnya dengan penis tetap tertancap di memek ku “giliranku sayang.. , aku ingin memberikan kamu kenikmatan, seperti yang udah kamu berikan kepadaku.”
Seketika itu tubuhku melemas, iwan pun merangkak naik ke arahku, di peluknya diriku, di kecupnya keningku lalu dilumatnya bibirku. Akupun membalasnya dengan melumat kembali bibirnya yang menurutku cukup sexy untuk dilumat. Kami saling berpandangan beberapa saat, aku serasa kembali menemukan sesuatu yang kini mengisi relung-relung hatiku yang sepi. “Masukin kontolmu wan, tapi pelan-pelan dulu ya. Aku masih agak lemas nih” kataku dengan lirih di telinganya. “Baik, bu.” “Jangan panggil ibu terus ah, gak enak didengernya. Maukah kamu memanggilku sayang ?” “Baik, sayang. Aku masukin ya.” “He eh, tapi pelan pelan lho” dan kurasakan kepala kontolnya yang mengkilap merah menempel pada kemaluanku.
Ada rasa berdebar di hatiku, inilah kejantanan selain milik suamiku yang beruntung dapat memasuki liang senggama milikku. Kurasakan perih ketika kepalanya masuk sedikit di bibir lubangku “wann, pelann.. agak perih nih.” “Iya sayang, ini juga pelan-pelan koq.” Iwan kembali menekan pantatnya, dan penisnya kurasakan semakin menyeruak masuk ke dalam memekku. Akupun spontan memeluk iwan “aakh..wann….” “tahan sedikit sayang!” Iwanpun menghentakkan pantatnya dengan sekali hentakan dan seketika kurasakan perih yang kurasakan saat keperawananku hilang. Iwan pun mengangkat pantatnya pelan-pelan, sehingga aku merasa memekku seperti tersedot keluar seiring dengan kontol iwan. Lalu ditekannya kembali kontolnya ke dalam memekku, rasa perih yang semula kurasa itu hilang berganti sensasi nikmat di kala punya iwan keluar masuk dengan berirama menggelitiki dinding kewanitaanku. “akhs…enak wan….teruss sayang….” “memekmu seret banget yang, kontolku kayak di urut nih” dilumatnya kembali bibirku, kamipun berpagutan sambil bergoyang pelan. Setelah beberapa saat iwan mengentotiku dengan irama pelan, yang membuatku seakan sedang bercinta dengan kekasih yang telah lama tak bersua, gairahku timbul bersama dengan kekuatan yang mulai pulih setelah orgasme tadi. Dengan berpelukan, ku gulingkan tubuhnya ke sampingku, kini posisiku ada di atas tubuhnya dengan penis tetap tertancap di memek ku “giliranku sayang.. , aku ingin memberikan kamu kenikmatan, seperti yang udah kamu berikan kepadaku.”
Ku tekan dadanya yang bidang dengan kedua tanganku, lalu ku angkat
pelan pelan pantatku “Oookhh…..” iwan memegang kedua tanganku sambil
matanya membeliak “kenapa sayang ?” “kontolku kayak di sedot ke atas.”
Akupun tersenyum sambil menurunkan kembali pantatku, ku lakukan
beberapa saat, hingga ku lihat iwan pun merem melek keenakkan. Sesekali
ku goyangkan pantatku ke kanan dan ke kiri.
Tiba-tiba pintu kamar terbuka, Lena pun masuk sambil ketawa-ketawa “Wah, enak koq gak ngajak-ngajak. Gimana ? bener khan yang gue bilang, iwan tuh jago banget, gue aja udah gak tau berapa kali gue di KO in dia.” “Iya Len, kamu dapet dari mana sih ?” “rahasia donk, ya gak say ?” jawabnya sembari mencium iwan. Mereka pun berpagutan, lalu Lena berhenti dan melepas pakaiannya. Dikangkanginnya muka Iwan dengan posisi berhadapan denganku. Iwanpun tanpa disuruh langsung dilahapnya memek Lena, sehingga Lena pun mendesis keenakan. Buah dada ku disambar oleh Lena dan dihisap hisapnya, tangan yang satu memilin milin putingku. Hal ini membuatku merem melek keenakan, sungguh suatu sensasi luar biasa timbul dalam diriku, inilah threesome pertamaku. Gairah ku terus memuncak sehingga datanglah gelombang orgasme ku yang ke dua. Lena dan Iwan seperti mengetahui akan keadaanku, akupun dipeluk oleh Lena dan dikulum nya bibirku. Ada perasaan yang sulit diungkapkan ketika Lena menciumku, tapi yang kuingat adalah gelora birahi membara yang menuntunku menuju gerbang orgasme. Iwan pun menyambut hentakanku dengan mengangkat pantatnya ke atas sehingga batangnya terbenam habis ke dalam memekku dan menyentuh G-spot ku. Akupun mengerang panjang Aaakkkkhhhh……….. cairan orgasme ku mendesir keluar membasahi kontol Iwan, akupun terkulai dalam pelukan Lena. Lena memandangku sambil membelai rambutku, dia menciumku mesra. Akupun membalasnya, aku merasa bahagia seperti menemukan kembali cinta yang hilang.
Aku membaringkan diriku ke sebelah, ku lihat Lena mengulum batang kemaluan Iwan. “Ehm.. peju mu enak banget Vin” aku hanya tersenyum mendengar perkataan sahabatku itu. Lalu Lena pun berubah posisi, dia berbalik menghadap Iwan, di enjotnya kontol Iwan. Dengan liar ia bergoyang sambil mulutnya terus menceracau dan mendesis, payudaranya yang satu dihisap iwan, yang satu putingnya di pilin pilin. Lalu tubuhnya bergetar hebat, dicengkeramnya pundak Iwan Ooohhhh……. Wwaannnn……. aakkuuu kelluuaarrrr…….. Iwanpun lalu bangkit, sambil mengangkat tubuh Lena dia membaringkan Lena lalu menggenjotnya. Sodokannya begitu cepat sehingga tubuh Lena terguncang guncang. Lalu diapun mengerang Aaakkkkhhhh……….. bbbuuuu………. Aakkuuu uuddaahh mmooo kelluuaarrrr…….. Lena dengan sigap langsung menyambar kontol Iwan dan mengulumnya. Iwan pun langsung mengejang, seketika ditariknya kepala Lena sambil menyemprotkan pejunya ke dalam mulut Lena. Tampak cairan kental keputihan meleleh dari sela sela bibir Lena. Akupun beringsut maju, turut serta mengulum batang dan peju Iwan. Akhirnya kami bertiga tidur bareng dalam keadaan bugil.
Tiba-tiba pintu kamar terbuka, Lena pun masuk sambil ketawa-ketawa “Wah, enak koq gak ngajak-ngajak. Gimana ? bener khan yang gue bilang, iwan tuh jago banget, gue aja udah gak tau berapa kali gue di KO in dia.” “Iya Len, kamu dapet dari mana sih ?” “rahasia donk, ya gak say ?” jawabnya sembari mencium iwan. Mereka pun berpagutan, lalu Lena berhenti dan melepas pakaiannya. Dikangkanginnya muka Iwan dengan posisi berhadapan denganku. Iwanpun tanpa disuruh langsung dilahapnya memek Lena, sehingga Lena pun mendesis keenakan. Buah dada ku disambar oleh Lena dan dihisap hisapnya, tangan yang satu memilin milin putingku. Hal ini membuatku merem melek keenakan, sungguh suatu sensasi luar biasa timbul dalam diriku, inilah threesome pertamaku. Gairah ku terus memuncak sehingga datanglah gelombang orgasme ku yang ke dua. Lena dan Iwan seperti mengetahui akan keadaanku, akupun dipeluk oleh Lena dan dikulum nya bibirku. Ada perasaan yang sulit diungkapkan ketika Lena menciumku, tapi yang kuingat adalah gelora birahi membara yang menuntunku menuju gerbang orgasme. Iwan pun menyambut hentakanku dengan mengangkat pantatnya ke atas sehingga batangnya terbenam habis ke dalam memekku dan menyentuh G-spot ku. Akupun mengerang panjang Aaakkkkhhhh……….. cairan orgasme ku mendesir keluar membasahi kontol Iwan, akupun terkulai dalam pelukan Lena. Lena memandangku sambil membelai rambutku, dia menciumku mesra. Akupun membalasnya, aku merasa bahagia seperti menemukan kembali cinta yang hilang.
Aku membaringkan diriku ke sebelah, ku lihat Lena mengulum batang kemaluan Iwan. “Ehm.. peju mu enak banget Vin” aku hanya tersenyum mendengar perkataan sahabatku itu. Lalu Lena pun berubah posisi, dia berbalik menghadap Iwan, di enjotnya kontol Iwan. Dengan liar ia bergoyang sambil mulutnya terus menceracau dan mendesis, payudaranya yang satu dihisap iwan, yang satu putingnya di pilin pilin. Lalu tubuhnya bergetar hebat, dicengkeramnya pundak Iwan Ooohhhh……. Wwaannnn……. aakkuuu kelluuaarrrr…….. Iwanpun lalu bangkit, sambil mengangkat tubuh Lena dia membaringkan Lena lalu menggenjotnya. Sodokannya begitu cepat sehingga tubuh Lena terguncang guncang. Lalu diapun mengerang Aaakkkkhhhh……….. bbbuuuu………. Aakkuuu uuddaahh mmooo kelluuaarrrr…….. Lena dengan sigap langsung menyambar kontol Iwan dan mengulumnya. Iwan pun langsung mengejang, seketika ditariknya kepala Lena sambil menyemprotkan pejunya ke dalam mulut Lena. Tampak cairan kental keputihan meleleh dari sela sela bibir Lena. Akupun beringsut maju, turut serta mengulum batang dan peju Iwan. Akhirnya kami bertiga tidur bareng dalam keadaan bugil.
Bagikan dulu bos sebelum di tonton.. Jangan lupa yaaa